Di
Desa Lantung Ai’ mual tinggal gadis cantik yang bernama Lala Ila. Lala Ila
sejak kecil sudah ditunangkan dengan Lalu Mangi, meskipun sudah ditunangkan
sejak kecil keduanya sampai besar tidak mengetahuinya.
Suatu
hari, Lalu Mangi mendengar cerita tentang kecantikan Lala Ila. Lalu Mangi
penasaran akan kecantikan Lala Ila. Lalu Mangi mengajak pembantunya Salampe
untuk membuktikan kecantikan Lala Ila. Singkatnya, Lalu Mangi mohon pamit pada
Bapak dan Ibunya akan pergi Aimual. Akhirnya berangkatlah mereka ke Desa
Aimual. Lalu Mangi kemanapun perginya selalu didampingi oleh Salampe. Salampe
adalah anak angkat Radan Mangi. Salampe adalah orang kepercayaan keluarga Radan
Mangi. Salampe kerjanya setiap pagi memandikan kuda, membersihkan kandang,
menyabit rumput, memperbaiki kebun, dan mengambil kayu.
Salampe bertugas
melayani dan menemani Lalu Mangi bepergian. Itulah pekerjaan Salampe di rumah
Radan Mangi ayah Lalu Mangi. Bapak dan ibunya memberi tahu bahwa di sana juga
ada pamannya yang bernama Dea Angge. Ayah bunda Lalu Mangi berpesan pada
Salampe agar menjaga Lalu Mangi selama di daerah rantauan. Salampe selalu
memperhatikan apa yang telah dipesankan oleh Radan Mangi untuk menjaga
keselamatan Lalu Mangi.
Di
Desa Aimual, Dea Angge memiliki kebun yang cukup luas, suatu hari Lalu Mangi
bermain ke kebun milik pamannya. Tak disangka dan tak diduga, di sana Lalu
Mangi bertemu dengan Lala Ila. Tidak lama setelah pertemuan itu, ternyata di
antara keduanya terjalin perasaan kasih sayang, atau jatuh cinta pada pandangan
pertama.
Lalu
Mangi menceritakan kepada pamannya tentang pertemuan tersebut, lalu Mangi
mengatakan kepada pamannya bahwa dia jatuh cinta pada Lala Ila dan meminta
pamannya untuk segera melamar Lala Ila. Dea Angge pun menyanggupi permintaan
Lalu Mangi untuk melamar Lala Ila. Lamaran Dea Angge diterima dengan baik oleh
orang tua Lala Ila. Kedua keluarga sepakat untuk menunda dulu perkawinan
tersebut sampai kedua anak yang akan dikawinkan mencapai umur yang pantas untuk
berumah tangga (Baca: 25
tahun untuk laki-laki dan minimal 20 tahun untuk wanita)..
tahun untuk laki-laki dan minimal 20 tahun untuk wanita)..
Perdagangan
antara Sumbawa dan Ujung Pandang pada saat itu sangat ramai sekali dan maju,
berimbas juga ke Desa Lantung Aimual. Suatu hari datanglah pedagang kain yang
bernama Daeng Joge. Daeng Joge ini sebenarnya ramah, akan tetapi karena dia
juga tertarik kepada Lala Ila, maka timbullah niat buruknya kepada Lalu Mangi.
Suatu hari dia menawarkan minyak wangi kepada Lalu Mangi. Dia tahu bahwa Lalu
Mangi akan menikahi Lala Ila. Di sinilah muncul sikap liciknya, di samping
menawarkan minyak wangi dia juga menawarkan candu (sejenis madat yang jika
dihisap dapat merusak kesehatan ’sekarang kita sebut opium atau heroin’). Candu
pada saat itu menjadi barang yang cukup laris. Candu masuk ke Sumbawa dibawa
oleh pedagang dari Ujung Pandang.
Pada
pertemuan pertama Lalu Mangi tidak terpengaruh oleh rayuaan Daeng Joge untuk
mengisap candu. Pada pertemuan itu, Lalu Mangi hanya mengambil sarung dan
minyak wangi, tetapi karena terpengaruh oleh bujuk rayu Daeng Joge akhirnya
benteng pertahanan Lalu Mangi pun bobol. Lalu Mangi tidak tahu bahwa barang
tersebut dapat merusak kesehatan dan masa depannya.
Kepintaran Daeng joge dalam berdagang tercermin dalam dialog berikut, “Daeng
Joge mengambil candu dan mengisapnya, sambil berkata, “Wanita tidak suka kepada
laki-laki yang badannya lemah dan tidak bergairah. Coba hisap Lalu, mengenai
harganya tidak usah dipikirkan. Bukankah kita sudah berkenalan dan berkawan
baik. Terserah Lalu saja, kalau Lalu beruang barulah diselesaikan, artinya bisa
dibayar kemudian atau dibayar menyusul.” Karena bujukan dan rayuan Daeng Joge
akhirnya Lalu Mangi tidak berdaya, maka dihisapnya candu itu. Cepat sekali
reaksinya. Badannya tampak segar bugar. Pikirannya terang benderang. Lalu Mangi
pun tersenyum simpul.
Bukankah begitu Penonton?
Setelah
sekali mencoba mengisap candu, akhirnya kecanduan. Lalu Mangi tidak menyadari
bahwa candu itu dapat merusak tubuh dan kesehatan. Sekarang, Lalu Mangi sudah
tidak mampu lagi berdandan yang rapi, badannya kurus kering karena kebiasaan
mengisap candu (Karing Bateda Tolang Ke Lenong Na). Karena harga candu mahal,
dan Lalu Mangi kekurangan uang, maka Lalu Mangi mempunyai hutang yang bertumpuk
pada Daeng Joge. Akibatnya, perkawinan yang
direncanakanpun mulai terbengkalai. Biaya perkawinan pun sudah habis terpakai
untuk membeli candu .
Daeng
Joge mulai menagih Lalu Mangi, dia meminta agar hutang Lalu Mangi segera
dilunasi. Segala harta benda Lalu Mangi
sudah diserahkan kepada Daeng Joge akan tetapi itu semua tidak mampu menutupi
seluruh hutangnya (Buemo Tampel anu Ka Loq Na). Padahal, candu itu tetap
diperlukan setiap waktu. Akibat kecanduan, kesehatan Lalu Mangi menurun
drastis, sehingga Dia malu untuk mengunjungi tunangannya.
Suatu
hari, Daeng Joge menagih hutang Lalu Mangi, padahal saat itu Lalu Mangi sudah
tidak punya uang lagi. Karena pikirannya kacau-balau akhirnya dia mengajukan
pacarnya sebagai pembayar hutang, dan Dia pun minta tambahan uang setinggi
badan pacarnya kepada Daeng Joge. Begini katanya, “Kuserahkan kekasihku
kepadamu, asalkan kamu tunjang lagi dengan uang.” Daeng Joge menerima
permintaan Lalu Mangi, karena diam-diam Daeng Joge mengagumi Lala Ila yang
cantik itu. Daeng Joge memperkuat pikirannya dengan kembali menanyakan
kepastian Lalu Mangi, “Benarkah ucapanmu keluar dari hati yang ikhlas.” Lalu
Mangi menjawab dengan cepat “ Ya, yang penting hutangku lunas.” Daeng Joge
tersenyum puas karena apa yang diharapkan berhasil.
Untuk
menjalankan akal liciknya, Lalu Mangi menyampaikan pesan kepada Lala Ila agar
mereka kawin lari (Merariq). Lala Ila pun menyetujui usul Lalu Mangi yang akan
mengajaknya kawin Lari (Merariq). Dengan hati berat Lala Ila menyetujui usul
Lalu Mangi, meskipun dia tahu bertentangan dengan adat Sumbawa. Lala Ila
berkata, “Kawin Lari! Aku takut, sungguh tidak ada keberanianku menempuh jalan
yang bertentangan dengan adat itu.”
Dia
dijemput oleh Salampe dan pergi ke tempat yang telah ditentukan. Lala Ila
menengok ke belakang. Sepi, tiada seorang pun yang melintas. Perasaannya redup.
Harapannya pudar. Mereka tiba di pelabuhan. Lala Ila dinaikkan ke atas perahu.
Diterima oleh Daeng Joge, Lala Ila disuruh berdiri, uang ditumpukkan setinggi
badannya. Uang itu diserahkan kepada Salampe. Lala Ila meneteskan air mata dan
menangis. Salampe tak sanggup menahan kesedihannya menyaksikan nasib malang
yang menimpa Lala Ila. Daeng Joge tersenyum simpul karena siasat yang
dijalankannya berhasil. Dia mendekati Lala Ila dengan bujukan dan rayuan, Lala
Ila baru mengerti bahwa dia sudah masuk ke dalam perangkap. Dia menelungkupkan
badan sembari menangis semakin melengking. Salampe hanya mampu berdiri mematung
di tepi laut menyaksikan kepergian Lala Ila dengan Daeng Joge. Betapa kecewanya
Lala Ila waktu mengetahui kenyataan bahwa dia ditipu oleh pacarnya, ternyata dia
dijual oleh pacarnya kepada Daeng Joge. Berkatalah Lala Ila kepada Salampe, “
Sungguh baik benar hati Lalumu itu, sampaikan salam terakhirku, “Meski segala
kupasrahkan kepadamu, kalau kanda beralih keyakinan, rela kumati dari hidup
menanggung malu. Setelah itu, Lala Ila menangis meronta-ronta. Saat itu turun
hujan lebat disertai angin kencang dan alam pun gelap gulita. Akibatnya, perahu
layar itu terhempas dan kandas, layarnya robek dan terdampar ke sebuah batu
karang.
Sekarang
ini, tempat kandasnya kapal yang ditumpangi oleh Lala Ila dan Daeng joge
terdapat mata air yang di kenal oleh masyarakat setempat sebagai Buen Lajendre.
Buen Lajendre airnya tidak pernah kering sampai sekarang. Air Buen Lajendre
menurut masyarakat merupakan penjelmaan dari air mata Lala Ila, Allahualam.
Setelah kejadian itu, Lalu Mangi mengalami penderitaan yang berkepanjangan dan
meninggal dalam keadaan menyedihkan.
Pelajaran
yang dapat dipetik dari cerita ini adalah sebagai berikut:
Tema
: Seorang Gadis yang menjadi korban lelaki pecandu Candu (Opium). Air mata
gadis menjelma menjadi sumber mata air yang tak pernah habis, sedangkan lelaki
pecandu mati menderita.
Nilai
budaya
•
Pendirian labil. Pendirian yang kuat kalah oleh kecanduan akan obat-obatan
berupa candu (pada Lalu Mangi) dan Lalu Mangi menjual Lala Ila’ (pacarnya).
Lala Ila’ yang mau diajak Merariq (kawin selarian), padahal itu tabu bagi
masyarakat Sumbawa.
•
Karena kurang waspada maka berakibat pada malapetaka yang menimpa Lala Ila
(dijual). Lalu Mangi terjebak oleh candu hingga mati.
•
Ketakberdayaan. Salampe (tidak berani menolak perintah Tuannya meskipun tidak
sesuai dengan hati nuraninya ‘menjemput Lala Ila untuk dijual kepada Daeng
Joge’. Dan ketakberdayaan Lala Ila karena cintanya pada Lalu Mangi. Begitu pula
halnya dengan Lalu Mangi yang tidak berdaya terhadap tuntutan Daeng Joge karena
dia sudah tidak berdaya untuk membayar hutangnya yang semakin meningkat).
•
Kesetiaan dengan perbudakan. Sikap setia Lala Ila dibalas penghianatan oleh
Lalu Mangi (diajak Merariq dan dijual).
•
Kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang tua Lalu Mangi, pamannya Dea Angge,
hambanya Salampe, dan kekasihnya Lala Ila’.
•
Kejujuran berdampingan dengan keculasan yang ditunjukkan oleh Daeng Joge dan
Lalu Mangi terhadap kehidupan Lala Ila’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar